Halaman

Jumat, 21 Januari 2011

Manusia (mukmin) Sempurna

Segala puji milik Allah, kali memohon pertolonganNya dan mohon ampun padaNya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diriku dan keburukan amalku. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada siapapun yang dapat menyesatkannya dan barang siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada siapapun yang dapat menunjukinya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, aku mengesakanNya dan tidak mempersekutukanNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad hamba dan rosulNya dan tidak ada nabi setelahnya. Ya Allah berikan sholawat salam dan kebaikan atas nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Ego manusia selalu mengatakan kalau ia serba sempurna. Tidak ada cacat. Tidak ada noda. Semua bagus. Kalau ada orang yang menilai lain, pasti si penilai yang teranggap salah.

Begitu pun yang mungkin terjadi dalam diri seorang mukmin. Dengan penuh percaya diri, ia yakini kalau semua langkahnya sempurna. Tidak ada yang salah. Yang salah adalah jika ada yang menganggapnya salah.

Namun didalam sudut pandang Islam,manusia adalah tempat salah dan lupa. Al insanu makhalul khattai wannisyan Jadi, akan ada saja kemungkinan kalau seorang mukmin pun bisa khilaf. Kalau seorang ulama pun bisa salah. Kalau seorang pemimpin pun bisa kepeleset. Saat itu, ia butuh nasehat sebagai cermin yang bisa menyadarkan.


Rasulullah saw. mengatakan, “Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Apabila melihat aib padanya, dia segera memperbaikinya.” (HR. Al-Bukhari). Bagaimana cara memperbaikinya, dengan memberikan nasehat, bagaimana kalau tidak nurut ? nasehati lagi, sampai kapan ? sampai Allah memberikan petujuk padanya. 


Didalam surat Abbasa ( 80, 11 ) Allah berfirman kallaaa ingnaha tazkiroh « sekali sekali jangan begitu ! sungguh (ajaran2 Allah itu suatu peringatan). 
Allah menegur ROSULLULLAH SAW ketika ada seorang buta ( Abdullah bin Ummi Maktum ) datang kepada beliau untuk meminta nasehat / pembelajaran tentang Islam, sementara Rosullullah sedang menerima tamu kerajaan Quraisy . Dan rosullullah bermuka masam padanya , maka turunlah ayat ini.

Bagaimana dengan kita, siapa yang akan menasehati jikalau kita sedang khilaf / atau kita sedang membutuhkan nasehat ? ibu kita ayah kita teman kita istri kita, atau muslim lainnya tidak masalah untuk dimintai nasehat, ya akhi nasehati saya, hati saya sedang gundah gulana memikirkan dia,   

Di antara hak seorang muslim dengan muslim lainnya adalah bila dimintai nasihat oleh saudaranya tentang sesuatu maka ia harus memberinya, dalam artian ia harus menjelaskan kepada saudaranya itu apa yang baik dan benar. Dalam sebuah hadits disebutkan:

إِذَا اسْتَنْصَحَ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيَنْصَحْ لَه
“Bila salah seorang dari kamu meminta nasihat kepada saudaranya maka hendaknya (yang diminta) memberi nasihat.” (HR Bukhari)

Untuk itu kita sebagai kader dakwah dituntut untuk melakukan tawashau bil haqqi dan tawashau bis shabri « supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran » yaitu :

1. konsistensi pelaksanaan amar ma’ruf dan nahi munkar « mengajak kepada hal-hal yang baik dan mencegah hal-hal yang buruk ». Khairiyyatul haadzihil ummah (kebaikan umat ini) terletak pada konsistensi pelaksanaan amar ma’ruf dan nahi munkar. Bila amar-ma’ruf dan nahi munkar tidak dilaksanakan maka akan hilanglah salah satu ciri kebaikan umat Islam ini.
“ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” Ali Imran: 110

2. Kader dakwah dituntut untuk menjadi stabilisator umat yang menjadi tumpuan utama masyarakat. Ciri utama kader dakwah yang menjadi stabilisator umat adalah senantiasa melakukan ‘ishlah’ (perbaikan). Seorang kader dakwah tidak cukup hanya menjadi seorang yang shalih saja tapi harus menjadi seorang ‘mushlih’ (men’shalih’kan orang lain) karena, Orang-orang yang shalih saja tidak cukup untuk menjadi penyelamat umat dari kehancuran.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya: “Apakah kita akan dihancurkan walaupun di antara kita terdapat orang-orang sholihin.”? Rasulullah saw. menjawab, “Ya”, bila terdapat banyak kebobrokan atau keburukan. 
Allah swt. menegaskan hal ini dalam surat Huud ayat 117 yang artinya: Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zhalim sedang penduduknya orang-orang yang melakukan ishlah (perbaikan).

Bagaimana caranya melakukan ishlah (perbaikan) agar tidak dibinasakan ? adalah dengan saling menasihati untuk melakukan perintah Allah dan saling mensehati untuk menjauhi larangan Allah dan saling mensehati dengan kesabaran. Sebagaimana yang diungkap dalam surat Al-Ashr ( 103) : 1-3
“Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali, orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.”
Maksudnya selain saling menasihati dengan kebenaran (saling menasihati untuk melakukan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah) kita juga harus saling menasihati dengan kesabaran (maksudnya saling menasihati untuk bersabar menanggung musibah atau ujian). Tapi bagaimana kalau ujian tersebut diseba&bkan oleh saudara kita tapi saya juga turut menanggung akibatnya, apakah kita juga harus bersabar ? YA, itu artinya belum rezeki kita. Insya Allah akan ada yang lebih baik.

Surat Al ASR ini amat penting sehingga ada riwayat dari Imam At-Thabrani dari Ubaidillah bin Hafsh yang menyatakan bahwa dua orang sahabat nabi bila bertemu, maka tidak berpisah kecuali membaca surat Al-Ashr, kemudian mengucapkan salam untuk perpisahan. ( tradisi ini sudah di kenal sejak saya SD sekitar tahun 1985-1991 )
Imam As-Syafi’i pernah mengatakan: “Seandainya manusia mau merenungi kandungan surat Al-Ashr, pasti cukuplah itu bagi kehidupan mereka.” (lihat Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, Juz III hal 674)

Dalam hadits lain disebutkan:
الدِّينُ النَّصِيحَةُ لِلَّهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
“Agama adalah nasihat bagi Allah, bagi Rasul-Nya, untuk para pemimpin umat Islam dan untuk para orang awamnya.” ( H.R Bukhari)
Maksud hadits di atas adalah:
1. Agama adalah nasihat, maksudnya bahwa sendi dan tiang tegaknya agama adalah nasihat. Tanpa saling menasihati antara umat Islam maka agama tidak akan tegak.
2. Agama adalah nasihat bagi Allah swt. artinya: Sendi agama adalah beriman kepada-Nya, tunduk dan berserah diri kepada-Nya lahir dan batin, mencintai-Nya dengan beramal shalih dan mentaati-Nya, menjauhi semua larangan-Nya serta berusaha untuk mengembalikan orang-orang yang durhaka agar bertaubat dan kembali kepada-Nya.
3. Agama adalah nasihat bagi Rasulullah saw. maksudnya: sendi tegaknya agama adalah dengan meyakini kebenaran risalahnya, mengimani semua ajarannya, mengagungkannya, mendukung agamanya menghidupkan sunnah-sunnahnya dengan mempelajarinya dan mengajarkannya, berakhlaq dengan akhlaqnya, mencintai keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya.
4. Agama adalah nasihat bagi para pemimpin umat Islam, maksudnya adalah bahwa tegaknya agama dengan mendukung dan mentaati mereka dalam kebenaran, mengingatkan mereka dengan kelembutan bila lalai atau lengah, meluruskan mereka bila salah.
5. Agama adalah nasihat bagi orang awam dari umat Islam (rakyat biasa bukan pemimpin), maksudnya bahwa tegaknya agama hanyalah dengan memberikan kasih sayang kepada orang-orang kecil, memperhatikan kepentingan mereka, mengajari apa-apa yang bermanfaat bagi mereka dan menjauhkan semua hal yang membahayakan mereka dsb.

Saling menasihati di antara kader dakwah adalah kewajiban. Karena di satu sisi bangkit dengan kebenaran adalah sangat sulit sementara di sisi lain hambatan-hambatan untuk menegakkannya sangat banyak, misalnya: hawa nafsu, logika kepentingan, tirani thaghut, dan tekanan kezhaliman. Semakin tinggi tingkat kesabaran seorang mukmin maka akan semakin besar pula godaannya.

Pemberian nasihat merupakan pengingatan, dorongan dan pemberitahuan bahwa kita satu sasaran dan satu tujuan akhir. Semua kader senantiasa bersama-sama dalam menanggung beban dan mengusung amanat. Bila saling menasihati ini kita lakukan bersama-sama, di mana berbagai kecenderungan individu bertemu dan saling berinteraksi, maka akan menjadi berlipat gandalah kekuatan kita untuk menegakkan kebenaran. Masyarakat Islam tidak akan tegak kecuali dijaga oleh sekelompok kader yang saling tolong menolong, saling menasihati dan memiliki solidaritas yang tinggi.

Para salafus shalih telah memberikan contoh luar biasa dalam hal saling menasihati. Sebagai contoh adalah Umar bin Al Khatab ra, pada suatu kesempatan ketika banyak pembesar sahabat yang mengelilinginya tiba-tiba salah seorang sahabat berkata: “Ittaqillaha ya Umar.” (Bertaqwalah kepada Allah wahai Umar!) Para sahabat yang mengetahui kedudukan keislaman Umar marah kepadanya, namun Umar r.a mencegah kemarahan sahabat-sahabatnya seraya berkata: Biarkanlah dia berkata demikian, sesungguhnya tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak mau mengatakannya, dan tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak mau mendengarnya.”. Itulah Umar ibn Khathab yang termasuk dalam golongan sepuluh orang yang mendapat kabar gembira dijamin masuk surga, beliau sangat perhatian terhadap setiap nasihat yang benar yang ditujukan kepadanya.
Kita sebagai kader dakwah yang menjadi penyeimbang umat, harus saling menasihati dan saling menerima berbagai nasihat yang baik dengan lapang dada, bahkan harus berterima kasih kepada yang mau memberi nasihat. Terutama dalam kaitannya dengan aktivitas dakwah yang menginginkan kebaikan dalam segala kehidupan umat, berbangsa dan bernegara, kehidupan individu, social dan politik, sehingga adanya saling nasihat menasihati, dan menerima nasihat antar sesama kader dakwah, antara kader dakwah dan pemimpinnya, sebaliknya, yang pada akhirnya dapat saling memberikan ishlah -perdamaian-, tawaddud -cinta-, tarahum -kasih-sayang- antar sesama. Wallahu a’lam.
TAMBAHAN : DENGAN NASEHAT MENASEHATI AKAN MENGIKIS EGO KITA

sumber : di edit dari www.dakwatuna.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar