Segala puji milik Allah. Kami memohon pertolonganNya, dan mohon ampun kepada Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diriku dan keburukan amalku.
Barang siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada siapapun yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada siapapunyangdapatmenunjukinya.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, aku mengesakanNya dan tidak mempersekutukanNya.
Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hambaNya dan rosulNya, tidak ada nabisetelahDia.
Ya Allah, berikan sholawat, salam dan kebaikan atas nabi Muhammad, keluarganya dan sahabatnya.” Semoga kelak di yaumil akhir kita akan mendapatkan syafaatnya
Segala puji hanya bagi Allah subhanahu wa ta’ala shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah shalallahu ‘alai wasallam, Amma Ba’du:
Alhamdulillah pada kesempatan kali ini ana akan menyampaikan kultum tentang “menjaga lisan”
Di antara nikmat agung yang diberikan oleh Allah kepada kita adalah nikmat lisan. Allah subhanahu wa ta’alaberfirman di dalam QS. Al-Balad: 8-9 ”Alamnaj ngallahuainnain, walisannnauwasyafatain” artinya :Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir.
Namun jika lisan ini tidak dimanfaatkan dalam ketaatan kepada Allah maka dia akan menjadi bumerang bagi pemilikinya. Didalam QS. AN-Nur: 24 Allah berfirman “Yaumatashadu ngalihim alsinatuhum waaidihim waarjuluhum bima kanu ya’malun” artinya : Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
karena setiap ucapan kita ada catatannya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di dalam QS. Qaf: 18 “ ma yalfizu ming kaulin illa ladaihi roqibun ngatid “ artinya : Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.
Di dalam QS. Al-Nahl: 116 Allah Subhanahu wata’ala berfirman “ wala takulu lima tushifu alsinatukumulkaziba haza halalu wa haza haramul-litaftaru ngalaulahil kazib, innallazi na yaptaruna ngalaullahilkaziba la yuplikhun" artinya : Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.
kehati-hati an di dalam berbicara yang kita tidak tahu perkataan kita itu termasuk ketaatan kepada Allah atau kemaksiatan di ganjar dengan api neraka Diriwayatkan oleh Imam Al-bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba berkata dengan suatu perkataan yang tidak dicamkannya secara mendetil, akhirnya dia terjatuh dengan ucapannya itu ke dalam api neraka yang kedalamannya melebihi antara masyrik dan magrib”.
Maksud tidak dicamkan adalah tidak mengetahui atau menghiraukan apakah perkataannya itu termasuk ketaatan kepada Allah atau kemaksiatan?.
namun sebaliknya "Sungguh seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang membawa keridhaan Allah, dan dia tidak menyadarinya, tetapi Allah mengangkat dengannya beberapa derajat. Dan sungguh seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang membawa kemurkaan Allah, dan dia tidak mempedulikannya, tetapi ia menjerumuskan-nya ke Neraka Jahannam" (HR. Bukhari)
Contoh : sering kita mendengar orang tua yang sedikit kewalahan dengan anak-anaknya kemudian ada orang lain yang mengatakan “makanya jangan kawin muda” ungkapan kawin muda disini bisa jadi bermakna kemaksiatan
astahfirullahalazim
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari hadits riwayat Sahl bin Sa’d bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam bersabda, “Barangsiapa yang menjamin bagiku apa yang ada di antara kedua bibirnya dan apa yang ada di antara kedua kakinya maka aku akan menjamin baginya masuk surga”. subhanaullah begitu mudahnya masuk surga
Di dalam sebuah riwayat dari Muslim di dalam kitab shahihnya dari Jundub bin Abdullah bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam menceritakan bahwa seorang lelaki berkata: Demi Allah, sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni si fulan, dan sesungguhnya Allah Ta’ala berkata: Siapakah yang berani bersumpah dengan diri -Ku bahwa Aku tidak mengampuni si fulan?, sesungguhnya Aku telah mengampuni si fulan dan menghapuskan semua pahala amal ibadahmu”.
Karena pada hari kiamat nanti, pada saat dia memiliki simpanan kebaikan yang besar sebesar gunung-gunung, namun akhirnya dia mendapatkan lisannya menghancurkan semua pahalanya tersebut, dan ada sesorang datang dengan keburukan sebesar gunung-gunung yang besar namun dia mendapatkan lisannya menghancurkan keburukan tersebut, dan keburukan tersebut dihancurkan oleh lisannya dengan memperbanyak berzikir kepada Allah « Al-Jawabul Kafi liman Sa’ala anid Dawa’is Syafi »
saking pentingnya menjaga lisan pernah seorang sahabat bertanya kepada rosullullah SAW beritahukanlah kepadaku suatu perkara yang aku jadikan sebagai pegangan bagiku. Rasulullah shalallahu ‘alai wasallam bersabda, “Katakanlah: Allah adalah Tuhanku dan istiqomahlah. Aku bertanya: Wahai Rasulullah, perkara apakah yang paling engkau khawatirkan terhadap diriku?. Maka beliau memegang lisannya kemudian bersabda: Ini!.HR. Turmudzi
Abdullah bin Mas’ud berkata, “Aku telah memperingatkan kalian terhadap perkataan yang berlebihan, cukuplah bagi kalian ungkapan yang bisa memenuhi kebutuhan”.
Al-Auza’i berkata, “Umar bin Abdul Aziz rahimahullah telah menulis bagi kami sebuah pesan yang tidak akan pernah dijaga oleh orang lain selain diriku dan Mahul: Amma Ba’du... sesungguhnya orang yang memperbanyak mengingat mati, maka dia akan rela dengan harta duniawi yang sedikit, dan barangsiapa yang menyadari bahwa perkataannya sebagai bagian dari amalnya maka dia akan sedikit bicara pada perkara yang tidak bermanfaat”.
Sebagai seorang mu’min kita juga harus pandai dalam memilah mana yang baik untuk kita ucapkan dan mana yang cukup untuk disimpan dihati
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Ketahuilah bahwa seyogyanya bagi orang yang mukallaf untuk menjaga lisannya dari segala bentuk ungkapan kecuali bicara yang mendatangkan kebaikan, lalu pada saat suatu pembicaraan akan memiliki perbandingan yang sama antara dilakukan atau ditinggalkan maka yang sunnah adalah meninggalkannya, sebab bisa jadi perkataan yang mubah akan mengarahkan seseorang pada perkataan yang haram atau makruh, bahkan hal ini banyak terjadi atau telah bisa terjadi di dalam kebiasaan manusia, sementara keselamatan itu tidak ada bandingannya”.HR. Muslim
Berbicara dalam perkara yang bathil, itulah setan yang bisa berbicara yang bermaksiat kepada Allah, dan banyak orang yang menyimpang dalam ucapan dan diamnya, diam terhadap kebenaran adalah setan yang bisu, dan barang siapa yang mengambil jalan pertengahan itulah orang yang berada di dalam jalan yang lurus,artinya berbicara yang termasuk dalam ketaatan kepada Allah dan tidak diam ketika dihadapannya dia melihat sebuah kemunkaran. Nabi Muhammad shalallahu ‘alai wasallam bersabda, “Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran maka hendaklah dia mengubahnya dengan tangannya dan jika dia tidak mampu maka hendaklah dia mengubahnya dengan lisannya, lalu jika dia tidak mampu maka hendaklah dia mengubahnya dengan hatinya, dan itu adalah cermin selemah-lemah keimanan” HR. Muslim
adab Nabawi dalam berbicara adalah berhati-hati dan memikirkan terlebih dahulu sebelum berkata-kata. Setelah direnungkan bahwa kata-kata itu baik, maka hendaknya ia mengatakannya. Sebaliknya, bila kata-kata yang ingin diucapkannya jelek, maka hendaknya ia menahan diri dan lebih baik diam. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam." (HR. Al-Bukhari).
Adab Nabawi di atas tidak lepas dari prinsip kehidupan seorang muslim yang harus produktif menangguk pahala dan kebaikan sepanjang hidupnya. Menjadikan semua gerak diamnya sebagai ibadah dan sedekah. Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: "… Dan kalimat yang baik adalah sedekah. Dan setiap langkah yang ia langkahkan untuk shalat (berjamaah di masjid)adalah sedekah, dan menyingkirkan duri dari jalan adalah sedekah." (HR. Al-Bukhari).
apa yang bisa kita simpulkan dari ayat - ayat dan hadist- hadsit di atas bahwa :
1 . hendaklah berkata baik atau diam
2. perbanyaklah berzikir kepada Allah
Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan tiada daya dan upaya kecuali dengan kehendak Allah.apa yang bisa kita simpulkan dari ayat - ayat dan hadist- hadsit di atas bahwa :
1 . hendaklah berkata baik atau diam
2. perbanyaklah berzikir kepada Allah
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alai wasallam dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar